NTB, Krisis Literasi

0Shares

Mataram- Kondisi sumber daya manusia (SDM) di Nusa Tenggara Barat (NTB), menunjukan angka yang tidak menyenangkan. Dari berbagai data kuantitatif, kondisi SDM dipengaruhi pula oleh literasi yang berada pada titik krisis. Salah satu mengukur SDM adalah melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang secara rutin disampaikan oleh Badan Pusat Statistik setiap tahunnya. IPM merupakan salah satu indikator untuk mengukur kualitas SDM.

Data terakhir IPM yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada NTB dalam Angka 2019 menunjukan angka IPM tahun 2014 sampai dengan tahun 2018, dengan rincian: 2014 (64.31), 2015 (65.19), 2016 (65.81), 2017 (66.58) dan 2018 (67.30). Dari angka dua tahun terakhir, terjadi kenaikan 1,08 persen dari 2017 sampai 2018, dengan kategori capaian sedang. Walau tidak signifikan, diakui oleh BPS NTB bahwa laju pertumbuhan tersebut merupakan ke tujuh tercepat dibandingkan provinsi lain yang ada di Indonesia.

IPM Provinsi NTB pada tahun 2019 disampaikan BPS pada press rilis tanggal 17 Februari 2020 lalu, mengalami peningkatan menjadi 68,14. IPM ini masih berada pada kategori capaian sedang, dan tercepat ke lima dibandingkan provinsi lain.

Secara posisi nasional, IPM Provinsi NTB masih  menduduki posisi 29 dari 34 provinsi, artinya mengalami stagnasi. Kondisi demikian dipengaruhi pula oleh stagnasi dan penurunan angka di beberapa kabupaten di NTB. Posisi tertinggi IPM dari 10 kabupaten/kota di NTB masih ditempati oleh Kota Mataram, Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa Barat, dengan kategori IPM tinggi.

Selain IPM, pada tahun 2019 lalu, penilaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana disampaikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB menunjukan kualitas pendidikan di NTB berada di posisi 33 dari 34 provinsi di Indonesia. Provinsi NTB hanya unggul atas Papua.

Kondisi IPM dan kualitas pendidikan tersebut selaras pula dengan kondisi literasi di NTB, Dinas Perpustakaan dan Arsip NTB pada tahun 2019 lalu menyampaikan bahwa berada pada posisi ke 31, dari posisi paling bawah, NTB berada pada posisi di atas Papua, Papua Barat dan Sulawesi Utara. Indikator rendahnya minat baca di NTB, dari 100.000 penduduk, hanya ada satu orang  yang membaca buku.

NTB menjadi salah satu dari tiga provinsi  dengan Indeks Dimensi Kecakapan terendah. Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi

Berdasarkan data pada “Indeks Aktivitas Literasi Membaca 34 Provinsi”, NTB menjadi salah satu dari tiga provinsi  dengan Indeks Dimensi Kecakapan terendah, ialah Papua (dengan angka 60,51), Nusa Tenggara Barat (68,36), dan Nusa Tenggara Timur (70,49).

Masih rendahnya minat baca di NTB, juga dipengaruhi buta aksara yang masih tinggi. Berdasarkan data BPS sesuai hasil Susenas Maret 2018, angka buta aksara atau buta huruf di NTB sebesar 12,58 persen. Dengan rincian, Lombok Barat sebesar 16,28 persen, Lombok Tengah 18,58 persen, Lombok Timur 13,31 persen, Sumbawa 6,04 persen, Dompu 7,86 persen, Bima 11,6 persen, Sumbawa Barat 4,97 persen, Lombok Utara 16,09 persen, Kota Mataram dan Kota Bima masing-masing 5,96 persen dan 7,17 persen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Us

Follow us on Facebook Subscribe us on Youtube Contact us on WhatsApp