ULASAN

Bedah Buku “How Democracies Die”, Cara Demokrasi Mati dan Menyelamatkannya

0Shares

Oleh: Yunita, S.H (Tim LPW NTB)

Buku How Democracies Die tulisan dari dua orang Profesor di Harvard yaitu Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt membahasa tentang latar belakangn kegelisahan dua penulisnya melihat realitas demokrasi di Amerika Serikat Donald Trump berkuasa tahun 2016 yang lalu dan dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuannya kajian-kajian mereka tentang bagaimana proses demokrasi di berbagai negara terutama di negara-negara Eropa dan juga di negara-negara Amerika Latin kedua Profesor ini kemudian melihat gejala bahwa sepertinya Amerika Serikat sedang mengalami sebuah proses secara perlahan-lahan kematian demokrasi jika yang dilakukan oleh Donald Trump saat itu terus berlanjut atau kemudian digantikan oleh pemimpin yang memiliki karakter dan kebijakan-kebijakan yang sama.

Kedua Profesor ini melihat bahwa dengan membandingkannya pada: Bagaimana cara demokrasi Oleh para demagog atau pemimpin-pemimpin otoriter di berbagai negara perlahan tapi pasti gejala-gejala itu juga mulai terlihat di era pemerintahan Trump seperti misalnya Bagaimana Trump begitu menekan lawan-lawan politiknya dengan memberikan stignisasi yang berlebihan melakukan perubahan-perubahan aturan yang menguntungkan dirinya kemudian memberikan konfrontasi melalui ujaran-ujaran yang membuat orang begitu merasa terancam dan yang lebih parah adalah Bagaimana sikap Trump terhadap pers menjadi sangat tidak bersahabat dan terlihat sekali Trump adalah seorang pemimpin yang tidak bisa melihat orang lain yang berbeda pandangan atau berbeda politik dengan dirinya.

Melalui buku ini Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt menguraikan Bagaimana proses demokrasi itu mati dan kemudian upaya yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan demokrasi dari kematian. kedua penulis ini mengungkapkan bahwa jangan mengganggap proses matinya Demokrasi adalah seperti yang terjadi pada masa-masa Perang dingin di mana para pemimpin-pemimpin yang terpilih secara demokrasi kemudian diambil paksa kekuasaannya oleh jenderal-jenderal militer seperti yang terjadi dichile oleh pinochet atau wilayah yang paling dekat dengan Indonesia yaitu demokrasi di Thailand diambil paksa oleh seorang Chan-O-Cha dan kemudian oleh Raja Thailand dengan terpaksa diberikan mandat sebagai perdana menteri atau juga di kawasan Timur Tengah Bagaimana demokrasi untuk pertama kalinya di Mesir dengan terpilihnya Muhammad Moursi kemudian direbut oleh Jenderal militer yang bernama As-sisi.

Kata Steven Daniel Anda keliru ketika membayangkan bahwa demokrasi akan mati dengan cara seperti ini, yang terjadi adalah demokrasi mati oleh pengkhianatan para demagog, Mengapa demokrasi dikhianati oleh para demagog. Hal ini dikupas oleh Steven dan Daniel dalam buku how democracies dan beberapa contoh dalam sejarah yang diberikan oleh mereka dalam buku ini seperti tampilnya hugo chaves di venezuela yang awalnya begitu memberikan harapan kepada rakyatnya dengan tampil sebagai seorang pemimpin populis yang terpilih dengan suara yang sangat mayoritas dan kemudian perlahan-lahan dia mulai mempertahankan kekuasaannya untuk membangun kekuasaan dengan membunuh lawan-lawan politiknya Sehingga yang terjadi adalah mulai terbentuklah kekuasaan yang otoriter nah pada dasarnya adalah munculnya adolf Hitler dan juga Benito Mussolini memiliki karakter atau proses yang sama kedua orang ini adalah orang-orang yang ketika itu muncul sebagai orang-orang populis dengan ide-ide yang populer untuk menjawab realitas krisis yang dihadapi oleh bangsa itu dan oleh para politisi-politisi dan kemudian membungkam pers sehingga yang terjadi adalah mulai terbentuklah kekuasaan yang otoriter.

Pada dasar munculnya adalah Hitler dan juga Benito Mussolini memiliki karakter atau proses yang sama kedua orang ini adalah orang-orang yang ketika itu muncul sebagai orang-orang populis dengan ide-ide yang populer untuk menjawab realitas krisis yang dihadapi oleh bangsa itu dan oleh para politisi politik mapan yang ada pada saat itu kemudian berpikir orang-orang ini bisa mereka manfaatkan dan kemudian mereka menariknya ke dalam partai politik mereka memasang mereka Kepemimpinan nasional dengan harapan bahwa ketika mereka ini bisa jadi bisa memimpin maka partai politik akan mengendalikan mereka dan yang terjadi adalah mereka keliru sebab ternyata begitu orang-orang demagog ini tampil sebagai pemimpin Mereka kemudian menggunakan semua kekuasaannya untuk menghabisi semua lawan-lawan politiknya dan kita tahu bagaimana misalnya seorang hitler dan musolini ini kemudian menciptakan krisis bagi dunia.

Itulah yang jadi pelajaran oleh Profesor Steven levitsky dan daniel ziblat untuk memastikan bahwa ini tidak terjadi di Amerika secara khusus dan di dunia pada umumnya sehingga setiap kita perlu mewaspadai gejala-gejala akan dikhianatinya demokrasi atau akan tentunya pemimpin-pemimpin yang otoritas ini.

Ada 4 indikator perilaku otoriter yang bisa kita deteksi dalam sebuah kekuasaan

Pertama, penolakan atas aturan main demokrasi mereka (pemimpin demagog) melabrak berbagai aturan bahkan Jika memungkinkan mereka, justru membuat atau menyusun aturan-aturan baru.

Kedua, penyangkalan legitimasi lawan politik mereka tidak memandang melawan lawan politiknya sebagai Mitra berkompetisi dan sebagai kelompok lain yang juga memiliki suara yang pada dasarnya memiliki tinggi yang sama dengan dirinya untuk melakukan perbaikan.

Ketiga, toleransi atau anjuran kekerasan mereka memposisikan lawan politiknya sebagai kelompok yang harus dan dihilangkan karena memandangnya sebagai ancaman Itulah salah satu perilaku otoriter yang menjadi indikator diisebut sebagai demagog, serta tidak segan-segan menggunakan kekuatan sipil atau para militer untuk menekan lawan-lawan politiknya.

Keempat, kesediaan membatasi kebebasan sipil lawan termasuk media. media bisa mereka Lumpuhkan dengan cara membeli menguasai dan kemudian mereka dengan media ini bisa melakukan propaganda untuk menghancurkan lawan-lawan politiknya mengekang kebebasan sipil dan bisa membuat aturan-aturan yang membuat kebebasan sipil itu hilang atau berkurang.

Menurut Steven Levetsky dan Daniel Ziblatt, ada 2 nilai yang hilang dari demokrasi:

pertama, toleransi timbal balik yaitu ketika aturan tak tertulis tentang bagaimana perlakuan atau sikap seorang politik itu terhadap lawan politiknya Lebih banyak respek daripada menganggap mereka sebagai musuh dan Ketika anda melihat bahwa para politisi mulai menunjukkan sikap saling permusuhan tanpa ada respek sama sekali maka itu artinya nilai-nilai toleransi timbal balik ini sudah mulai menghilang dan itu berarti gejala-gejala akan matinya demokrasi semakin terasa.

Kedua, kesabaran institusional ketika seorang penguasa mengambil alih atau mendapatkan kedudukan yang paling tinggi dalam suatu negara maka dia memiliki tangan dan kaki yang begitu powerful melalui instrumen-instrumen kekuasaan dan dia memiliki kekuatan untuk menggunakan semua itu secara bersamaan. tetapi Kata Profesor Steven levitsky dan daniel ziblatt nilai yang tidak tertulis pada seorang penguasa dalam sistem demokrasi adalah kesabaran institusional yaitu Bagaimana seorang penguasa tidak terburu-buru tidak begitu bernafsu untuk menggunakan semua Power ini dalam menyingkirkan lawan-lawan politiknya atau menyingkirkan semua orang yang berbeda pendapat dengan dirinya dan kita bisa lihat dalam negara-negara yang dikuasai oleh para demagog atau pemimpin otoriter mereka menggunakan institusi negara seperti pengadilan, lembaga pemberantasan korupsi untuk menyingkirkan secara sistematis lawan-lawan politik.

Dari mana munculnya para demagog atau para pemimpin otoriter?

Pertama, lemahnya sistem seleksi partai politik. sistem demokrasi memilih para pemimpin-pemimpin ini lewat jalur partai politik dan yang terjadi adalah partai-partai politik tidak memiliki sistem kaderisasi kepemimpinan yang mapan akhirnya menggunakan jalan tol cara tersingkat Bagaimana mendapatkan pemimpin yang populis dan mereka akan melihat dari luar jalur partai politik para artis para pengusaha yang mampu untuk menarik simpati Banyak masyarakat dan kemudian oleh kedua penulis juga dikatakan dan boleh jadi dengan cara membayar. mereka mampu menguasai dan mendapatkan dukungan dari partai politik dan ini adalah sebuah kelemahan yang luar biasa karena partai politik merupakan instrumen penting di dalam seleksi kepemimpinan nasional dalam satu negara yang menerapkan sistem demokrasi.

Kedua, populisme sosial media effecct. Para demagog muncul dengan populenisme di masyarakat yang merupakan efek dari sosial media, misalnya Donald Trump salah satu latar belakang kelahirannya ketika dimiliki ide-ide yang sangat berbeda yaitu menghidupkan kembali konsep protectionisme dan ini mendapatkan Respon yang besar dari masyarakat Amerika Serikat karena faktor sosial media yang kemudian membuat ide-ide itu tersebar dengan sangat cepat.

Ketiga, polarisasi masyarakat. Lahirnya para demagog biasanya lebih mudah muncul ketika masyarakat mengalami sebuah polarisasi yang begitu kuat sebuah konflik pembelahan yang begitu dalam sehingga para demagog bisa menjadi solusi atau alternatif atau simbol perlawanan satu kelompok terhadap kelompok yang lain. sehingga umumnya mereka dianggap sebagai pahlawan, sehingga apapun yang mereka lakukan akan mendapatkan dukungan dari polarisasi masyarakat pendukungnya.

Bagaimana demokrasi dimatikan?

Bagaimana cara mereka mematikan demokrasi setelah mereka menguasai atau mengambil alih kepemimpinan seperti yang terjadi pada beberapa negara seperti hugo chavez di venezuela atau Alberto fujimori di peru.

Pertama, menangkap wasit yaitu semua lembaga atau institusi yang dianggap sebagai pengawas bagi dirinya kemudian dilumpuhkan dengan cara dikriminalisasi atau menggunakan apa perangkat-perangkap moralitas seperti yang dilakukan oleh fujimori berkuasa di Peru merekam video semua pejabat-pejabat negara mulai dari kebiasaan-kebiasaannya mereka mendapatkan suap ataupun ketika mereka melakukan skandal. kemudian bukti-bukti itu kemudian dikumpulkan dan dijadikan sebagai alat pemaksa bagi mereka untuk memenuhi semua keinginan fujimori pada saat itu.

Kedua, menyingkirkan pemain. Semua lawan-lawan politiknya dilumpuhkan sedemikian rupa dengan berbagai cara bahkan menggunakan semua instrumen kekuasaan yang mungkin untuk dipakai termasuk wasit wasit yang telah mereka Lumpuhkan mereka kendalikan ataupun yang telah mereka gantikan.

Ketiga, mengubah aturan. mereka membuat sistem aturan baru yang menguntungkan bagi mereka seperti misalnya ketika akan memasuki periode kedua dari kekuasaannya, mereka bisa mengubah aturan-aturan pemilihan umum, aturan daerah pemilihan. Hal ini akan sangat menguntungkan mereka.

Keempat, perubahan rezim. berubahnya cara kepemimpinan mereka dari yang awalnya begitu simpatik demokratik menjadi otoriter eksklusif dan kemudian anti kritik.

Save democracy (menyelamatkan Demokrasi)

Bagaimana solusi untuk menyelamatkan demokrasi Ketika semua gejala-gejala yang dijelaskan oleh Steven Levistky dan Daniel Ziblatt ini telah terjadi dan hak ini menjadi masukkan bagi warga Amerika Serikat bagaimana mereka bersikap terhadap pemimpin demagog seperti Donal trumpt.

Ada empat solusi untuk save democracy/menyelamatkan demokrasi :

Pertama, konsolidasi Pro demokrasi partai politik. partai politik menjadi saringan awal dari para pemimpin nasional yang akan dipilih melalui pemilihan umum karena itu partai politik harus menegaskan kembali komitmennya terhadap demokrasi dan kemudian melawan semua bentuk upaya menggiring negara atau menggiring opini ke dalam polarisasi yang begitu besar dan kemudian kebencian terhadap satu kelompok dengan kelompok yang lain, salah satu poinnya adalah mendorong agar partai politik menciptakan sistem kaderisasi kepemimpinan yang kuat sehingga mereka tidak perlu lagi melirik calon-calon pemimpin dari luar yang lebih populis Padahal mereka tidak memiliki komitmen demokrasi yang kuat.
Kedua, menciptakan check and balance dalam institusi negara. Hal ini merupakan sebuah political will dari Penguasa dan dari para pejabat-pejabat negara bagaimana agar instrumen-instrumen negara tidak dijadikan sebagai pendukung kekuasaan benar salahnya para penguasa kemudian tetap mereka dukung tetapi menjadi check and balance dan ini menuntut kesadaran para pejabat-pejabat negara.

Ketiga, penghormatan aturan tak tertulis demokrasi. banyak aturan yang tidak tertulis di dalam sistem demokrasi misalnya menghindari nepotisme terhadap jabatan-jabatan dan salah satu yang dikritik dari Trump adalah ketika dia mengangkat menantunya sendiri untuk jabatan penting dalam negara

Keempat, pengakuan demokrasi multi etnis bahwa demokrasi hanya bisa hidup ketika terjadi penghormatan terhadap ras dan agama dalam suatu negara. Apabila terjadi diskriminasi terhadap satu etnis, agama atau ideologi tertentu dalam suatu negara maka hal itu menjadi salah satu tanda-tanda semakin merosotnya nilai demokrasi dalam suatu negara.

* Disampaikan pada Agenda Ruang Literasi LPW NTB, Seri Bedah Buku, Tema: “Pura-Pura Demokrasi: Pilpres 2024 dan Masa Depan”, 12 Januari 2024, Di Bhumi Resto Kota Mataram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Us

Follow us on Facebook Subscribe us on Youtube Contact us on WhatsApp