Senator Evi Apita Maya Gelar Sosialisasi 4 Pilar di Lombok Tengah
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dapil NTB, Evi Apita Maya kembali mengadakan sosialisasi 4 pilar kebangsaan. Kali ini dilaksanakan di Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kamis (18/05). Agenda ini diikuti secara antusias puluhan masyarakat desa setempat.
Dalam sambutannya, Ibu Evi sapaan akrabnya menyampaikan bahwa sosialisasi Pancasila, UUD, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika merupakan penyangga kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang harus terus disosialisasikan pada masyarakat.
“Ini tugas saya sebagai anggota MPR RI yang harus dilaksanakan. Kedudukan 4 pilar sangat penting karena penentu keberadaan dan keberlanjutan negara,” ujarnya.
Senator cantik ini tidak lupa mengajak masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran, pemahaman dan penerapan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari.
“Mari kita terus memelihara pandangan hidup sebagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam 4 pilar kebangsaan kita,” pungkasnya.
Narasumber dalam kegiatan tersebut, Taufan menyatakan bahwa 4 pilar sangat relevan untuk membangun kesadaran hukum warga negara.
“Ditengah kondisi ketimpangan peran maupun pelaksaan penegakan hukum, kesadaran masyarakat membangun kesadaran hukum bisa menjadi penanda upaya perbaikan. Sorotan dan pengawasan publik juga ikut menentukan berjalannya peran serta keadilan penegakan hukum,” kata, akademisi Hukum di Universitas Mataram ini.
Baginya, nilai-nilai yang tersirat dalam 4 Pilar bisa menjadi daya saring ditengah menguatnya jarak sosial ditengah kompleksnya masalah negara.
“Politik SARA dan Radikalisme bisa difilter jika masyarakat memahami sejarah kedirian dan masa depan yang hendak dituju bangsa ini,” jelasnya.
Direktur LPW NTB ini juga menambahkan bahwa 4 Pilar yang bisa jadi pembangkit energi agar masyarakat meningkatkan daya saing masyarakat disektor pendidikan, ekonomi kreatif dan pariwisata.
“Terlebih wilayah Lombok Tengah sebagai titik strategis pariwisata, saluran modernisasi terbuka, maka perlu adaptasi tanpa harus mengorbakan budaya daerah dan jati diri bangsa,” pungkasnya
Laporan: Satria Tesa, S.H