Restorasi Spirit Juang HMI, Menegaskan Insan Cita

0Shares

Oleh : Lalu Aldiara Elang Sakti – Ketua Umum Formatuer Komisariat Hukum Unram

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi perjuangan dan organisasi kader, perjuangan HMI harus di mulai dengan mengenali seluruh aspek (internal dan eksternal) sebagai medan dan dialektika perjuangan.

Kondisi Internal HMI saat ini sedang menghadapi gejolak dan intrik internal yang membuat HMI terpecah dan terseok – seok dalam dinamika kebangsaan. Dualisme PB HMI dan seterusnya memperlihatkan ketidak mapanan HMI dalam mengelola organisasi ini dengan dewasa dan bijaksana. Di saat bersamaan pula kepercayaan masyarakat terhadap HMI mulai pudar dan seolah – olah HMI telah kehilangan tujuannya sebagai anak kandung bangsa Indonesia.

HMI sepantasnya memahami perbedaan – perbedaan sebagai keniscayaan yang mestinya di jadikan pembelajaran. Hal ini selaras dengan visi penciptaan manusia yang ditegaskan dalam Qs. Al – Hujurat ayat 13 yang berbunyi “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.”

Sebagaimana pesan Al – Qur’an di atas, kader-kader HMI dari segenap latar belakang yang berbeda harus saling mengenal, saling merajut tali persaudaraan, dan saling menyamakan persepsi serta visi guna menyongsong masa depan umat dan bangsa Indonesia yang cemerlang.

Ber-HMI adalah amanah keumatan dan kebangsaan. Sebagai insan cita amanah adalah tanggung jawab utama, amanah ada tugas sejarah yang akan menentukan kadar kemanusiaan kita. Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam pidatonya di depan mahasiswa Yogyakarta pada peringatan Milad HMI yang pertama tahun 1948 berkata bahwa “HMI adalah harapan masyarakat Indonesia.”

HMI memiliki peran sebagai organisasi perjuangan, perjuangan HMI di setiap zamannya berbeda-beda. Perjuangan HMI tidak terlepas dari tujuan berdirinya organisasi ini, setiap perjuangan HMI bermuara atau mewujudkan apa yang menjadi tujuan HMI yaitu masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah Swt selaras dengan tujuan bangsa Indonesia “keadilan sosial”, cita – cita HMI bukan hanya keadilan seperti bangsa Indonesia melainkan lebih dari itu “keadilan” yang di ridhoi Allah SWT.

Meningkatkan Visi Intelektual

Dalam upaya membangkitkan kembali kekuatan intelektual dari kader-kader HMI, HMI harus menyadari bahwa dinamika intelektual dari organisasi lain semakin berkembang, sementara sebaliknya justru HMI semakin meredup. HMI sebagai organisasi mahasiswa harus berada di garda depan dalam perkembangan wacana pemikiran, hanya dengan cara itu HMI akan terus hidup dan tumbuh.

Dalam upaya peningkatan visi intelektual harus di mulai dengan lingkungan yang kondusif dan ideal sehingga kader HMI akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Menjadikan HMI sebagai “learning organization” atau organisasi pembelajaran dengan setiap aktivitas organisasi harus diwujudkan sebagai ruang dialektika gagasan dan pertarungan pemikiran, penajaman kapasitas akademis intelektual itu dapat dilakukan dengan tiga hal, yakni membaca, menulis dan diskusi.

Bentuk praktis dari komitmen Intelektual ialah dengan sikap reponsif yang harus di tajamkan menjadi kajian atau analisis dalam setiap persoalan kebangsaan dan keumatan. Sehingga intelektual HMI bukan intelektual buku atau teori, tetapi juga diterjemahkan ke dalam upaya-upaya kongkrit di masyarakat sebagaimana dengan konsep Rausyan Fikr (Intelektual yang tercerahkan) Ali Sya’riati.

Dengan demikian, perkembangan wacana pemikiran dalam lingkungan organisasi HMI sangat intensif dan akseleratif. Ketajaman dan penguasaan wacana pemikiran itu dapat diterjemahkan menjadi kritisisme yang korektif, konstruktif, kreatif, inovatif dan futuristik.

Ijtihad Perkaderan

Perkaderan HMI kedepannya haruslah benar – benar berkualitas, mengembangkan perkaderan dan membangun peradaban ialah hal yang harus dilakukan oleh HMI saat ini. Kualitas perkaderan menentukan hasil dari manusia yang dibina dalam organasisasi. Perkaderan HMI bukan hanya perkaderan yang formalisme yang akan menggiring perkaderan HMI hanya sebatas training akan mereduksi sangat berbahaya bagi totalitas perkaderan HMI yang sesungguhnya.

Aktivitas perkaderan non-formal dan informal adalah medan yang lebih luas untuk proses penempaan kualitas kader-kader. Intelektualitas, profesionalitas, loyalitas, religiusitas dan integritas para kader diasah lebih tajam dalam perkaderan yang non-formal dan informal, seperti up grading, follow up, membaca, diskusi, riset, menulis dan sebagainya.

Sehingga, proses perkaderan HMI bukan hanya saat Basic Training, Intermediate Training dan Advance Training tetapi juga setiap harinya dalam aktivitas proses ber-HMI dimanapun berada demi meningkatkan kapasitas dan kualitas sebagai insan cinta HMI.

Semangat belajar itu harus mulai ditanamkan sejak proses Basic Training HMI dengan peningkatan kualitas instruktur dan pemateri yang mengelola atau mengisi dalam training formal kemudian di lanjutkan oleh kualitas pengurus yang akan membina kader – kader HMI secara sustainable.

Meningkatkan Kualitas Keislaman

Komitmen HMI pada Islam sebagai ajaran dan umat Islam sebagai entitas empirisnya musti benar-benar berupaya diwujudkan. Dengan kondisi pandangan terhadapa umat Islam di Indonesia saat ini yang menyudutkan atas tidakan – tidakan oknum yang mengatasnamakan Islam, HMI harus hadir membendung stigma negatif tentang Islam.

HMI harus semakin mampu memainkan perannya untuk memproduksi gagasan-gagasan baru tentang Islam yang rasional, modern dan inklusif. Memperkuat ruh spiritualitas dalam dinamika organisasi untuk mengimbangi perkembangan rasionalitas yang kadangkala terlalu maju. Artinya, harus ditegaskan bahwa kualitas seorang kader, salah satunya, diukur dari dimensi-dimensi spiritualitasnya.

Modernisasi Organisasi

Upaya modernisasi organisasi harus menjadi perhatian yang serius bagi keluarga besar HMI. Kata Charles Darwin “Bukan yang terkuat yang bertahan, melainkan mereka yang paling adaptif menghadapi perubahan.” Jika HMI tidak ingin mengalami kepunahan dan terseret arus besar perubahan, maka sudah seharusnya HMI adaptif terhadap zaman saat ini sehingga organisasi ini terus tumbuh dan berkembang dalam setiap dinamika zaman.

Tata kelola administrasi organisasi saat ini harus diubah dari kertas menjadi digital agar transparansi dalam mengelola organisasi dapat berjalan dengan cepat juga mudah di akses oleh semua kalangan.

Pelaksanaan kegiatan – kegiatan training atau aktivitas organisasi haru mulai beralih menggunakan teknologi yang dapat mempermudah dan percepatan proses pembelajaran. Pemanfaat teknologi bukan hanya alat komunikasi tetapi juga harus digunakan dan dimanfaatkan dengan baik sebagai instrumen pembelajaran dan pusat informasi yang cepat, mudah dan efektif.

Kemandirian Organisasi: Penguatan Visi Kewirausahaan

Sebagai organisasi yang bersifat Independen, entrepreneurship ialah solusi untuk terus menjaga sifat independensi yang kemudian menjadikan HMI menjadi organisasi yang mandiri dan kuat secara ekonomi. Entrepreneur juga merupakan salah satu pengejewatahan kongkrit dari semangat profesionalitas dan insan pencipta dalam tujuan HMI.

Kuat secara politik dan intelektual saja tidaklah cukup, kalau secara ekonomi masih marginal, maka upaya empowering umat Islam akan mendapat hambatan yang sangat berarti. Untuk itu, sangat mendesak dilahirkannya generasi muda muslim yang bergerak menjadi entrepreneur dan upaya itu perlu dimulai dan ditanamkan dalam pemahan kader mulai sejak dikomisariat. Secara internal juga bermanfaat untuk mengurangi dominasi orientasi politik, sebagaimana terjadi beberapa tahun terakhir ini.

HMI, Kampus dan Masa Depan Bangsa

Kemajuan suatu bangsa tidak ditentukan oleh jumlah penduduk, luas wilayah, letak geografis atau sumber daya alamnya tetapi ditentukan oleh kualitas manusia dan pendidikannya.

HMI dituntut untuk menerjemahkan komitmen kemahasiswaannya secara sungguh-sungguh. Semangat HMI sebagai second campus akan terwujud apabila secara empiris, aktivitas-aktivitas HMI benar-benar bersifat alternatif dan komplementer dengan kehidupan kampus.

Komisariat sebagai ujung tombak HMI dikampus harus menjadi representasi HMI di kampus dan dunia kemahasiswaan. Komisariat harus mampu merumuskan aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa hari ini. Inilah yang akan menyentuhkan dinamika komisariat dan dinamika kehidupan kemahasiswaan.

Kehadiran HMI dan organisas ekstra lainnya sangat dibutuhkan untuk membangun dinamika kampus yang sehat, sehingga akan lahir tokoh-tokoh mahasiswa. Setidaknya, tokoh mahasiswa harus mempunyai lima kualitas, yakni kedalaman ideologis, wawasan politis, kemampuan komunikasi sosial dan kemampuan membangun solidaritas sosial didalam realitas kampus yang heterogen.

Kader HMI harus benar – benar menguasi dan mendalami basic keilmuannya dimasing – masing jurusan atau fakultas tempatnya menjadi mahasiswa agar kedepannya kualitas – kualitas manusia yang di hasilkan oleh HMI mapan secara kualitas basic keilmuannya dan berpengetahuan luas (objektif dan rasional) dalam rangka mewujudkan tujuan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Swt, Amin.

Yakin Usaha Sampai!
SpiritHMI #Bergerak Bersama

One thought on “Restorasi Spirit Juang HMI, Menegaskan Insan Cita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Us

Follow us on Facebook Subscribe us on Youtube Contact us on WhatsApp