PBH LPW NTB

Penanganan kasus korban meninggal akibat pilkades ricuh di Bima berbelit, massa blokade jalan

0Shares

PBH LPW NTB – Ratusan Warga Dusun Sonco Lumba, Desa Rite, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, NTB, memblokade jalan utama menyusul tewasnya seorang warga saat kericuhan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di Desa Rite, beberapa waktu lalu.

Aksi blokade jalan berlangsung Sabtu (23/7/2022) pagi hingga siang. Selain menduduki ruas jalan, massa menutup jalanan dengan batu, balok kayu, dan ban bekas. Akibatnya, jalan di kawasan Kampung Rite yang menghubungkan Kecamatan Ambalawi dan Wera tak bisa dilalui kendaraan.

Aksi menutup jalan ini terjadi akibat warga setempat kesal karena polisi hingga saat ini belum mengungkap penyebab kematian korban. Muardin (MU) mengalami luka dibagian kepala saat Pilkades pada Sabtu (9/7/2022). Luka tersebut, belum ada kejelasan apakah terkena batu ataukah benda lainnya.

MU mengembuskan nafas terakhir setelah tiga hari menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Buntut dari kasus itu, keluarga korban marah hingga berimbas blokade jalan.

Meninggalnya korban MU, terjadi setelah pelaksanaan pemilihan Kepala Desa beberapa waktu lalu, namun hingga kini kasus tersebut belum juga ada titik terang dari pihak Kepolisian.

Nanang Suhendra, saat memberikan keterangan pada tim PBH LPW NTB menyatakan bahwa pada kasus itu belum menunjukan pergerakan. Polisi tak kunjung mengambil langkah identifikasi mayat korban, hanya memanggil saksi hingga mencapai 25 orang.

Keluarga pun menilai polisi seperti jalan ditempat merespon kasus tersebut, sehingga memutuskan untuk melakukan protes melalui blokade jalan.

“Kami menilai kasus ini jalan ditempat, saya sebagai anak bingung, kematian almarhum tidak ada kejelasan” terang Nanang.

Nanang menyatakan bahwa berdasarkan keterangan sejumlah saksi yang diperiksa oleh penyidik, diduga pada saat dilakukan pemeriksaan dan pengambilan berita acara para saksi selalu ditekan oleh pihak penyidik.

Lanjut Nanang, ketika beberapa saksi mengungkapkan bahwa dibalik peristiwa meninggalnya almarhum, ada indikasi penembakan yang dilakukan oleh oknum, justru teman-teman penyidik diduga melakukan penekanan terhadap saksi.

Ia meminta kepada Kepolisian untuk bekerja secara profesional dan terbuka kepada keluarga dan masyarakat agar kasus ini ada kejelasan.

“Kami meminta penyebab kematian dengan autopsi tapi sampai hari ini tidak dikabulkan, hanya memanggil saksi-saksi”, ujarnya.

Ia mengatakan masih menyimpan tanda tanya dan membuatnya tidak tenang berpikir.

“Kematian harus ada kejelasan, almarhum harus diperlakukan layaknya manusia, kita terima kematian tapi harus ada kepastian penyebabnya”, tegasnya.

Ia mendunga pihak kepolisian sengaja mengudur-undur mengungkap penyebab kematian. Menurutnya, seharusnya pihak kepolisian segera merespon. Apabila kasus ini tidak ditangani dengan serius pihaknya akan terus mendorong dan melakukan blokade jalan sampai pihak penegak hukum serius menangani kasus kematian orang tuanya.

“Kami berharap pihak Kepolisian bersikap profesional dalam menangani kasus pembunuhan orang tua kami, karena sudah 15 hari kasus ini ditangani belum juga ada ada upaya autopsi untuk mencari penyebabnya terlebih dahulu sebelum mengusut tuntas pelakunya”, tutupnya.

Laporan: Tim media LPW NTB

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow Us

Follow us on Facebook Subscribe us on Youtube Contact us on WhatsApp