Pasca Covid-19 IPM Indonesia melambat, NTB masih kategori Sedang
INFO WILAYAH – Pandemi COVID-19 yang melanda dunia telah membawa dampak yang luas bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali pada capaian pembangunan manusia. Beberapa negara di dunia diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan IPM, bahkan ada yang mengalami penurunan akibat pandemi. Indonesia pada tahun 2020 masih tumbuh meski mengalami perlambatan. Pada tahun 2021 IPM Indonesia juga mampu tumbuh lebih baik lagi meskipun masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2019. Percepatan pertumbuhan IPM pada tahun 2021 utamanya didorong oleh pemulihan pertumbuhan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan dan didukung oleh pertumbuhan komponen lain yang konsisten.
Menurut UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi umur panjang dan hidup sehat, digunakan indikator umur harapan hidup saat lahir. Selanjutnya, untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi standar hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli. Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran rill per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk standar hidup layak.
Setelah sempat tertekan pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19, IPM Indonesia tahun 2021 mulai mengalami perbaikan. IPM Indonesia tumbuh sebesar 0,49 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 0,03 persen, tapi masih lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 0,74 persen. Perbaikan IPM Indonesia 2021 terutama didorong oleh peningkatan dimensi standar hidup layak yang diwakili oleh variabel pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Variabel ini pada tahun 2021 tumbuh 1,30 persen, setelah pada tahun sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 2,53 persen. Sementara dimensi umur panjang dan hidup sehat yang diwakili dengan variabel Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) tumbuh 0,14 persen, sedangkan dimensi pengetahuan yang diwakili dengan variabel Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) masing-masing tumbuh sebesar 0,77 dan 0,71 persen.
IPM tertinggi di tingkat provinsi masih dicapai oleh DKI Jakarta (81,11) dan yang terendah Papua (60,62), sedangkan pertumbuhan IPM tertinggi dicapai oleh Kalimantan Timur (0,84 persen) dan terendah Nusa Tenggara Timur (0,14 persen). Berdasarkan status pembangunan manusia, pada tahun ini terdapat dua provinsi yang berstatus sangat tinggi setelah Daerah Istimewa Yogyakarta mengikuti DKI Jakarta berubah status dari “tinggi” menjadi “sangat tinggi” dengan capaian IPM sebesar 80,22.
IPM tertinggi di tingkat kabupaten/kota dicapai oleh Kota Yogyakarta (87,18) dan yang terendah Kabupaten Nduga (32,84). Walaupun Kabupaten Nduga memiliki capaian IPM yang terendah, tetapi pertumbuhannya tertinggi dibandingkan dengan seluruh kabupaten/kota (4,09 persen), sehingga disparitas capaian IPM antarkabupaten/kota menjadi lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya.
Di Pulau Sumatera terdapat 9 provinsi dengan status pembangunan manusia “tinggi” dan 1 provinsi dengan status “sedang”. Di gugusan Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali telah memiliki capaian IPM dengan status “tinggi” dan “sangat tinggi”. Sementara Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur masih berada pada kategori “sedang”. Di Pulau Kalimantan, terdapat 4 provinsi dengan status pembangunan manusia “tinggi” dan 1 provinsi dengan status “sedang”. Di gugusan Pulau Sulawesi, terdapat 3 provinsi dengan status pembangunan manusia “tinggi” dan 3 provinsi dengan status “sedang”.
Pada tahun 2021, angka komponen IPM yaitu dengan nilai UHH (Umur Harapan Hidup saat lahir) sebesar 66,69, HLS (Harapan Lama Sekolah) sebesar 13,90, RLS (Rata-rata Lama Sekolah) di angka 7,38, pengeluaran 10.377, dengan total perhitungan IPM sebesar 68,65. Dari angka tersebut, pertumbuhan dari tahun 2021 sebesar 0,59.
Perkembangan IPM Provinsi NTB pada tahun 2014-2021 yaitu dengan urutan: 64,31-65,19-65,81-66,58-67,30-68,14-68,25-68,65. Angka ini, menunjukan NTB masih kategori sedang.
Untuk poin Kabupaten/Kota di NTB, Kota Mataram masih menempati poin tertinggi dengan angka 79,14, disusul Kota Bima pada poin 76,11 dan Kab. Sumbawa Barat sebesar 71,85. Sedangkan terendah ditempati Kabupaten Lombok Utara dengan poin 64,77, disusul Kab. Lombok Timur dan Kab. Bima yang sama mendapatkan poin 66,66.
Editor: M. Zaki Akbar, S.H
Sumber: Buku Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2021, Badan Pusat Statistik Nasional (Unduh)