Gambaran Kondisi Kota Mataram, Ibukota Provinsi NTB
Kota Mataram, merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Mataram.
Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Mataram memiliki batasbatas: Utara – Kabupaten Lombok Barat; Selatan – Kabupaten Lombok Barat; Barat – Selat Lombok; Timur – Kabupaten Lombok Barat. Wilayah Kota Mataram adalah 61,30 km2, yang terbagi dalam 6 kecamatan, yaitu Ampenan, Sekarbela, Mataram, Selaparang, Cakranegara dan Sandubaya. Kecamatan terluas adalah Selaparang yaitu sebesar 10,77 km2, disusul Kecamatan Mataram dengan luas wilayah 10,76 km2. Sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Ampenan dengan luas 9,46 km2 .
Administrasi dan Kependudukan
Pada tahun 2020 jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Kota Mataram sebanyak 4.936 orang. Jumlah pegawai dan Guru menurut pendidikan yang ditamatkan berturut-turut adalah tamat SD (41 Pegawai); SMP (62 Pegawai); SMA (986 Pegawai); Diploma I/II/ (93 Pegawai), Diploma (478 Pegawai); Sarjana (3.276 Pegawai). Dibandingkan tahun 2019, terjadi perubahan komposisi menurut tingkat pendidikan secara umum menurun antara lain penurunan terbesar di tingkat sekolah menengah pertama sebesar 22,50 persen dan penurunan terkecil di tingkat diploma III/sarjana muda sebesar 2,25 persen.
Berdasarkan data yang ada di BPS tahun 2020, jumlah penduduk Mataram tercatat 429.651 jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki, ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan), sebesar 99.02 persen.
Penduduk Mataram belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Mataram. Umumnya, penduduk banyak menumpuk di kecamatan Ampenan. Secara rata-rata, kepadatan penduduk Mataram tercatat sebesar 7.009 jiwa setiap kilometer persegi, dan wilayah terpadat yaitu kecamatan Ampenan yang memiliki tingkat kepadatan 9.305 orang setiap kilometer persegi.
Ketenagakerjaan
Angkatan kerja pada tahun 2020 mencapai 61,14 persen di antara penduduk Kota Mataram. Diantara angkatan kerja terdapat 93,17 persen yang bekerja dan yang masih menganggur sebanyak 6,83 persen. Menurut tingkat pendidikan, yang bekerja, sekolah menengah atas paling banyak sebesar 35,59 persen sedangkan paling rendah sebanyak 15,29 persen berpendidikan sekolah menengah pertama. Sementara itu, yang mengurus rumah tangga sebesar 54,93 persen dan yang masih sekolah sebesar 32,37 persen.
Pekerjaan utama sebagai buruh/ karyawan sebesar 47,38 persen adalah yang tertinggi diantara status pekerjaan. Status berusaha sendiri menempati urutan kedua sebesar 21,79 persen dan paling sedikir sebesar 4,56 persen berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar.
Pendidikan dan Sosial
Kota Mataram, merupakan kota dengan angka Indeks Pembangunan Manusia tertinggi di Provinsi NTB, data dari tahun 2014 menunjukan Kota Mataram selalu berada diposisi teratas, dari seluruh 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang ada, pada tahun 2020 mencatatkan poin 78,91 .
Pembangunan di bidang pendidikan di Kota Mataram, dapat ditunjukkan oleh perkembangan institusi atau lembaga, jumlah guru, murid, dan tingkat pastisipasi sekolah dari tahun ke tahun Perkembangan tahun 2020 lembaga pendidikan menurut tingkatnya dapat dilihat dari kenaikan dan penurunan jumlah fasilitas sekolah, Pra Sekolah atau TK sebanyak 187 sekolah, Sekolah Dasar 195, SMP sederajat 69, SMA sederajat 44, dan SMK 19 sekolah.
Peningkatan status kesehatan dan gizi dalam suatu masyarakat sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas manusia dalam aspek lainnya, seperti pendidikan dan produktivitas tenaga kerja. Tercapainya kualitas kesehatan dan gizi yang baik tidak hanya penting untuk generasi sekarang tetapi juga bagi generasi berikutnya. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai sangat diperlukan dalam upaya peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini akan terwujud bila adanya dukungan pemerintah dan swasta sekaligus.
Pada tahun 2019 untuk jumlah rumah sakit (umum, jiwa, bersalin) sebesar 15 buah. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang terdapat hampir di seluruh wilayah kecamatan. Pada tahun 2019 terdapat sebanyak 11 Puskesmas, 11 Puskesmas Keliling dan 17 Puskesmas Pembantu di Kota Mataram.
Fasilitas kesehatan lainnya adalah apotik, toko obat, dan perdagangan farmasi yang tersebar di seluruh kecamatan, merupakan sarana penyedia obat yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Di Mataram terdapat 116 apotik dan 20 toko obat pada tahun 2019. Menurut Dinas Kesehatan, Hypertensi merupakan penyakit yang banyak diderita di Kota Mataram, yakni mencapai 34.869 kasus, disusul penyakit Nasofaring akut sebanyak 29.532 kasus, kemudian penyakit Diabetes Melitus 14.778 kasus dan Faringitis akut 12.686 kasus.
Bencana banjir yang terjadi di Kota Mataram menyebabkan korban yang mengungsi sebanyak 6 sedangkan akibat angin putting beliung sebanyak 4 orang. Kerusakan rumah akibat bencana paling banyak 410 rusak ringan di kecamatan Sandubaya dan 171 rusak sedang di Kecamatan Selaparang.
Secara umum, jumlah penduduk miskin di Kota Mataram terus mengalami penurunan sejak tahun 2012 sampai dengan 2020 dari 11,87 persen sampai dengan 8,47 persen. Penurunan jumlah penduduk miskin paling besar pada tahun 2013 sebanyak 1,12 persen dari 11,87 persen menjadi 10,75 persen dan paling kecil sebesar 0,04 persen pada tahun 2019 dari 8,96 persen pada tahun 2018 menjadi 8,92 pada tahun 2019.
Sumber: Badan Pusat Statistik, Kota Mataram dalam Angka 2021